TIPS MUDAH MENGIMPLEMENTASIKAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Oleh :H.Rambat,S.Pd,MM
Sebagian kepala sekolah masih merasa bingung, buntu, bahkan tidak
tahu apa itu MBS? Bagaimana cara mengimplementasikannya? Hal ini sebenarnya
tidak perlu menjadi beban bagi kepala sekolah asalkan jangan membiasakan
berjalan sendirian. Penulis yakin permasalahan yang merisaukan ini sebenarnya
sebagian sudah laksanakan, hanya saja tidak disadari. Mengapa?
Di sekolah yang anda pimpin tentu sudah terjalin interaksi
antar warga sekolah, yaitu antara : kepala sekolah, guru, murid, operator
sekolah, tenaga kependidikan lainnya, komite sekolah serta masyarakat. Inilah
modal utama yang paling mahal dalam manajemen sekolah. Perlu diingat kembali
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pengelolaan yang dilakukan secara
mandiri oleh sekolah, artinya pengelolaan menjadi hak otonom sekolah dari
sekolah oleh sekolah untuk sekolah dan dievaluasi oleh sekolah.
Bagaimana kepala sekolah mengimplementasikan MBS? Ada tips mudah.
(1) Menyusun data dan profil sekolah secara komprehensif, valid dan sistematis.
(2) Melakukan EDS ( (Evaluasi Diri Sekolah). (3) Mengidentifikasi kebutuhan
sekolah melaui perumusan visi, misi dan tujuan sekolah. (4) Menyusun program
jangka pendek, menengah dan panjang sesuai visi, misi dan tujuan yang sudah
dirumuskan. (5) Menerapkan/melaksanakan program. (6) Mengontrol dan
mengevaluasi. (7) Menyusun program lanjutan. Untuk membantu mengimplementasikan
MBS ada beberapa langkah yang diperlukan. Pertama, bagi yang baru diangkat sebagai
kepala sekolah dan ditugaskan di tempat yang baru, langkah awal adakan komunikasi yang harmonis kepada
guru-guru, pegawai, komite sekolah dan tokoh masyarakat ataupun tokoh
pendidikan ke rumahnya seperti silaturahmi keluarga. Lebih familier namun banyak
kepala sekolah yang gengsi, padahal ini senjata ampuh untuk mendekatkan mereka
dengan kita. Kalau ditugaskan sebagai kepala sekolah di sekolah asal, komunikasi
harus dipupuk, dibangun dimodifikasi supaya lebih harmonis. Kedua,
buat analisa SWOT apa yang
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan/ancaman sekolah. Kenalilah
sekolah sebagaimana mengenali diri kita, baru menyusun program-program yang
layak diterapkan untuk pengembangan sekolah. Ketiga, Memberdayakan komite sekolah semaksimal
mungkin karena wadah aspirasi masyarakat. Program yang kita tawarkan kalau
komite sekolah sudah kita libatkan maka akan mempermudah untuk mencapainya. Keempat,
membentuk tim-tim kecil untuk
memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan dalam melaksanakan program
sekolah. Tanamkan kepada mereka bahwa kita adalam team work yang tidak bisa
bekerja sendiri-sendiri. Kelima, mengadakan kerjasama dengan
berbagai pihak, antara lain: Dinas Pendidikan, dunia usaha dan masyarakat (stakeholder).
Keenam,supervisi
dan monitoring terhadap semua kegiatan sekolah adalah wajib dilakukan oleh
kepala sekolah untuk memberikan bimbingan sekaligus mengetahui sejauh mana
pelaksanaan program sekolah. Tanpa supervisi dan monitoring kepala sekolah
tidak mengetahui sejauh mana efektifitas MBS di sekolah.
Sebuah ilustrasi penulis. Tahun 2006 diangkat sebagai kepala
sekolah dimana penulis pernah bertugas di sekolah itu, lokasinya dekat kota
kecamatan namun kondisi halaman tidak dapat dimanfaatkan untuk upacara bendera
apalagi untuk olahraga dan kegiatan lainnya karena sangat miring, bergelombang
dan becek kalau musim hujan. Kondisi ruang kelas, lingkungan sekolah dan
sarpras pendidikan juga memprihatinkan. Kekuatan yang meyakinkan saat itu
adalah interaksi antar guru dan komite sekolah sangat bagus sehingga dengan
cepat penulis memanfaatkan kondisi ini. Diadakan rapat sebagai bentuk
komunikasi dengan guru-guru, pegawai dan komite sekolah. Penulis mengutarakan
gagasan untuk membenahi halaman serta mempresentasikan tujuan dan manfaatnya.
Sanggahan tentu saja ada tetapi setelah dijelaskan mereka menerima. Akhirnya
disusun tim pelaksana sampai membahas sumber pembiayaan yang diperoleh. BOS adalah
satu-satunya sumber dana yang ada meskipun agak menyimpang tetapi tidak
disimpangkan untuk kepentingan pribadi. Ketika proses perbaikan halaman dimulai,
tidak disangka-sangka sumbangan masyarakat berupa pasir dan tanah urug berdatangan
yang tidak mau disebut nama penyumbangnya. Tim bekerja secara bertahap sesuai
kemampuan dana yang ada, evaluasi dan monitoring secara berkala dilaksanakan.
Singkat cerita, halaman setelah dipasang paving digunakan untuk upacara, senam
dan kegiatan ekstrakurikuler cabang atletik. Dua tahun kemudian setelah
memanfaatkan halaman untuk latihan atletik ternyata melahirkan atlet ke tingkat
nasional bahkan sampai sekarang hampir setiap tahun dapat mengirimkan atlet
O2SN ke tingkat Nasional. Ini buah dari implementasi MBS.
Kepala sekolah janganlah bermimpi bisa mengelola sekolah
menjadi bermutu hanya seorang diri, itu mustahil. Diibaratkan sebuah kapal,
kepala sekolah sebagai nahkoda. Ada juga yang berperan di bagian mesin, dek,
radio dan komunikasi, permakanan/dapur, kebersihan bahkan ada yang berperan
sebagai mualim. Nahkoda menanamkan pentingnya kerjasama dan tanggung jawab kepada
semua ABK sesuai bidangnya agar kapal dapat berlayar mengarungi samudera
memecahkan gelombang dengan tenang, nyaman dan selamat sampai tujuan. Begitu
pula kepala sekolah harus bekerja sama dengan semua tim yang ada. Pada sekolah
lanjutan pertama maupun lanjutan atas ada beberapa wakil kepala sekolah yang
bertugas membantu pekerjaan kepala sekolah bidang kesiswaan, kurikulum, humas, dan
sarpras. Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mendorong dan mengembangkan
kemampuan semua wakil kepala sekolah, guru dan staf dalam berbagai inovasi
tanpa pilih kasih agar tumbuh kebersamaan, menghilangkan kecurigaan dan
kesenjangan. Bagaimana mengelola sekolah agar dapat berkembang sesuai program-program
yang disusun guna meningkatkan mutu sekolah yang sesuai dengan harapan orang
tua dan masyarakat?
Manajemen merupakan sebuah fungsi untuk mencapai tujuan
bersama melalui kegiatan orang lain. Orang yang berperan membimbing untuk
mencapai tujuan bersama pada satuan pendidikan adalah manajer (kepala sekolah).
Pemimpin mutlak diperlukan dalam sebuah organisasi sekolah untuk
mengintegrasikan visi, misi dan tujuan sekolah kepada seluruh komponen
organisasi sekolah sehingga mereka bisa menterjemahkan di dalam setiap
tindakannya. Seorang pemimpin (kepala sekolah) harus mampu membangun budaya
kerja yang mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu
kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan kapasitasnya untuk
memberdayakan seluruh komponen sekolah. Tugas kepala sekolah adalah mendorong
seluruh komponen bukan membatasinya. Kita ingat ajaran Bapak Pendidikan Ki
Hajar Dewantara. Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso,Tut wuru
handayani. Secara tersirat kepala sekolah yang baik adalah disamping menjadi
suri tauladan juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral
dari belakang agar orang-orang di sekitarnya dapat merasakan situasi yang baik
dan bersahabat. Atas dasar itu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus
dapat mengembangkan sistem baru dalam manajemen dan operasional sekolah yang
baik serta berwawasan jauh ke depan dalam kerangka otonomi sekolah.
Mengingatkan segenap kepala sekolah bahwa MBS mempunyai
tujuan. Pertama, meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Mutu sekolah secara mikro
ditandai adanya peningkatan prestasi akademik dan non akademik, sedangkan
secara makro meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah selain
dikarenakan peningkatan prestasi juga dikarenakan SDM, sarana prasarana yang
memadai, proses pembelajaran yang PAKEM, lingkungan belajar yang menyenangkan
dan lain sebaginya. Kedua,
meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder yang seluas-luasnya
terhadap sekolah (kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan) sehingga lebih
mandiri. Ketiga,meningkatkan rasa
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dengan
otonomi yang luas kepada sekolah maka corak antar sekolah akan bervariatif
tergantung dari gaya managerial kepala sekolah yang dijual kepada orang tua dan
masyarakat. Inilah alasan mengapa orang tua memilih dan menganggap sebuah
sekolah layak menjadi pilihan yang terbaik buat buah hatinya. Bagaimana
tanggapan anda wacana kedepan tidak ada lagi sekolah rujukan, tidak ada sekolah
unggulan sehingga semua sekolah dipandang sama? Apakah kepala sekolah nantinya
akan berlomba-lomba adu siasat dalam mengelola sekolah untuk meraih hati
masyarakat ? Orang tua adalah bagian dari masyarakat yang dapat mewarnai
sekolah yang anda pimpin. Partisipasi orang tua sangat diharapkan karena tanpa
partisipasi orang tua program-program yang sudah dirumuskan akan sia-sia.
Sekolah unggul atau tidak adalah pengakuan orang tua, bukan pihak sekolah yang
mengklaim.
Penulis yakin
kepala sekolah pasti ingat beberapa fungsinya dalam menjalankan manajemen sekolah,
yaitu sebagai: (1). Manajer,
mempunyai tugas dalam perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), evaluasi dan pengawasan. (2). Edukator,
selain melaksanakan proses pembelajaran kepala sekolah harus memfasilitasi
guru-guru dan murid agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien. (3). Supervisor, mengadakan
supervisi khususnya proses pembelajaran. (4).
Inovator, kepala sekolah harus mengelola pembaharuan sesuai tuntutan
perkembangan jaman. (5). Leader/pemimpin,
bertugas memimpin guru-guru dan warga sekolah dalam mencapai tujuan dan
mengartikulasikan visi, misi dan tujuan sekolah. (6). Motivator, kepala sekolah memberi dorongan kepada semua
personil dalam melaksanakan tugas. (7).
Administrator, tugas ini sangat menguras energi khususnya bagi kepala Sekolah
Dasar karena belum ada tenaga administrasi (TU) yang definitif dan tidak semua
sekolah mampu mengangkat tenaga honor yang menangani keadministrasian karena
keterbatasan keuangan sekolah.
Aspek-aspek
manajemen sekolah ada enam macam : (1). Manajemen Kepegawaian, yaitu
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai visi, misi dan
tujuan sekolah secara efektif dan efisien. (2). Manajemen Kesiswaan, yaitu
pengelolan terhadap siswa agar mendapat pelayanan pendidikan sesuai yang
diinginkan baik oleh pemerintah maupun siswa. (3). Manajemen Kurikulum,
keberadaan kurikulum adalah faktor utama selama aktivitas pembelajaran di
sekolah berlangsung. Kurikulum dikembangkan oleh sekolah dengan berpedoman
kepada panduan yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
(4). Manajemen Penilaian, dimanfaatkan oleh guru dan sekolah sebagai feedback
sejauh mana memberikan pelayanan kepada siswa. (5). Manajemen Keuangan, kegiatannya
mengelola sumber dana, penggunaan keuangan sekolah secara transparan dan
akuntabel akan mempermudah semua program sekolah.
Sebagai
penutup penulis menyimpulkan bahwa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sudah
dilaksanakan kepala sekolah secara beragam sesuai gaya kepemimpinannya.
Pelaksanaan MBS perlu penekanan oleh kepala sekolah dengan menjalin komunikasi
dan kerjasama dengan berbagai pihak. Peningkatan daya saing merupakan hal
penting yang dilakukan di setiap sekolah agar pihak sekolah mampu mempersiapkan
peserta didiknya mendapatkan pelayanan dan mutu yang terbaik. Hal itu bisa
dilaksanakan dengan memberikan layanan belajar yang optimal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa. Berkaitan dengan itu, ruang lingkup manajemen
berbasis sekolah bukan hanya proses pembelajaran, tetapi segala aspek
pendidikan harus dikelola secara mandiri oleh sekolah untuk mendapatkan
kemenangan dalam persaingan pendidikan. Kepala sekolah berperan sesuai tupoksi harus
menggandeng rekan kerja dalam team work untuk mencapai visi, misi dan tujuan
sekolah yang dibuat secara bersama-sama sehingga terwujud sekolah unggul.
Unggulnya suatu sekolah tergantung dari keberhasilan dalam melaksanakan
manajemen. Sekolah yang manajemennya hebat, prestasinya akan mencuat, interaksi
dengan orang tua dan masyarakat pasti menjadi lebih rekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar